Demokrasi
Indonesia Mau Dibawa Kemana ????!
Demokrasi?
Sederhananya Demokrasi adalah warga negara ikut serta dalam pemerintahan.
Secara luas Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua warganya memiliki hak
dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah/memperbaiki hidup mereka.
Demokrasi mengizinkan warga negaranya ikut
berpartisipasi langsung atau melalui perwakilan dalam perumusan,
pengembangan, dan pembuatan hukum.
Bagaimana
cara kita berpartisipasi secara langsung dalam pemerintahan ? berdemo ? sering
kita melihat orang berdemo, baik secara langsung atau menonton lewat televisi,
mungkin juga ada diantara kita yang pernah ikut menyuarakan aspirasi dengan
berdemo.
Melihat
perkembangan sejarah Indonesia dari masa penjajahan, seperti sebuah lagu karya
Iwan Fals, orde di Indoneisa terbagi menjadi 3 bagian, yakni orde lama, orde
baru dan sekarang orde yang paling baru. Demokrasi di Indonesia terus mengalami
peningkatan yang positif. Dahulu, pada masa penjajahan demokrasi di Indonesia
tentu saja tidak berjalan baik, rakyat tertindas, sulit untuk mengaspirasikan
diri untuk berdemokrasi, hampir segala yang ada di Indonesia telah di monopoli
oleh penjajah, baik pada masa penjajahan Belanda maupun Jepang. Ini bisa di
maklumi, karena negara kita telah dijajah. Solusinya pada masa penjajahan
rakyat harus memaksakan diri untuk mengangkat demokrasinya sendiri, yaitu
dengan melawan penjajah, demi kemerdekaan Indonesia.
Selanjutnya,
masa Orde baru yaitu pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Pada masa
pemerintahan beliau, memang demokrasi masih kurang baik, meskipun sudah
mengalami peningkatan dari masa sebelumnya. Pemerintahan Presiden Soeharto
masih otoriter dan memonopoli rakyat. Contohnya dalam pelaksanaan pemilu
presiden dan perangkat di bawahnya. Masyarakat sulit untuk menentukan partai
pilihan sendiri. Karena sudah pasti pemenangnya adalah partai Golkar, yaitu
partai Presiden Soeharto. Sehingga beliau dapat berkuasa menjadi Presiden
selama 32 tahun. Meskipun pada masa pemerintahan beliau demokrasi tidak
berjalan sepenuhnya, Indonesia terasa aman. Tindakan kejahatan dan aksi anarkis
tidak populer seperti sekarang. Mungkin karena otoritas presiden yang membuat
apresiasi para penjahat (tindakan kriminal) tidak terdukung sepenuhnya.
Kemudian
sekarang, orde yang paling baru. Sejak terjadinya reformasi besar – besaran di
negeri ini, yang dimulai dengan lengser paksanya Presiden Soeharto oleh rakyat.
Demokrasi berjalan lebih baik dengan sangat cepat. Bahkan terlihat berlebihan.
Keamanan di negeri ini tidak terlihat lebih aman dari pada orde sebelumnya.
Mungkin karena demokrasi yang begitu subur, yaitu masyarakat bebas untuk
menyatakan pendapat. Bensin naik, demo, kebutuhan bahan baku pokok atau sembako
naik demo, ada yang korupsi demo, ada artis yang membuat video asusila demo,
pembuatan RUU Pornografi demo, mudahnya demo di negeri ini. Begitu juga dengan
pemilihan umum. Masyarakat bebas menyatakan pilihannya. Demokrasi tumbuh subur
di negeri ini, masyarakat benar – benar bebas menyuarakan pendapatnya. Akan
tetapi, hal ini tidak di imbangi dengan jiwa pancasila masyarakat.
Meskipun masyarakat bebas menyuarakan pendapat, justru mudah di
politisasi.
Masyarakat
sangat jelas terlihat, bahwa mereka tidak peduli dengan apapun, yang penting
untung, dapat uang. Uang menjadi penguasa di negeri ini. Dengan uang apapun
bisa di dapatkan. Hampir mencakup segalanya, uang dapat membeli apapun. Suap
menyuap sudah menjadi kebiasaan. Kemudian, tindakan kejahatan juga terus meningkat
dari tahun ke tahun. Mungkin karena ‘bebas’ menyatakan pendapat, jadi mereka
berpendapat ini negara demokrasi, bebas memilih, mau jadi orang baik atau jadi
orang jahat. Dan pemahaman masyarakat, menjadi orang jahat adalah pilihan yang
lebih mudah di bandingkan dengan menjadi orang baik. Karena menjadi orang jahat
(haram) lebih banyak/cepat menghasilkan uang dari pada melakukan perbuatan baik
(halal). Padahal kenyataannya, melakukan tindakan kejahatan lebih banyak
resikonya, selain merugikan orang lain, mereka yang melakukan tindakan
kejahatan terancam nyawanya, karena mudahnya masyarakat untuk bermain hakim
sendiri.
Akan
tetapi dengan uang, lagi – lagi uang, mereka yang melakukan tindakan kejahatan
akan aman. Seandainya seorang paling jahat di muka bumi ini, yang sejatinya
harus di hukum seberat – beratnya, jika dia memiliki uang, dia bisa bebas. Uang
sangat berkuasa.
Solusi
untuk menghadapi situasi ini adalah dengan kembali ke Pancasila. Lebih
spesifiknya, menjadi pribadi yang baik dimanapun kita berada. Kepada Tuhan,
jadilah hamba yang baik yang bertaqwa kepada-Nya. Dalam kehidupan sehari –
hari, jadilah pribadi yang baik, yang menghormati sesama, tumbuhkan rasa cinta
kita kepada apapun yang kita lakukan dan akan kita lakukan nanti. Kita harus selalu
melihat diri kita. Kita harus selalu instropeksi diri dalam setiap kesempatan,
kita harus sadar dengan apa yang kita miliki.
Banyak
orang (saya khususkan pada pencari kerja, khususnya sarjana) yang meninginkan
gaji yang tinggi, akan tetapi tidak memiliki keseimbangan antara skill dengan
pendapatan. Padahal pendapatan (gaji) selalu sejajar dengan kemampuan atau
skill. Mereka masih saja mencari gaji yang tinggi, tetapi tidak meningkatkan
skill. Lebih buruknya lagi mereka tidak sadar dengan hal tersebut (gaji sejajar
dengan skill). Sehingga banyak sarjana dan yang lainnya, menjadi pengangguran.
Itu di sebabkan, karena kita terbiasa melihat segala sesuatu dari hasil, bukan
proses. Kita terbiasa melihat sesuatu ke level yang lebih tinggi bukan
bersyukur karena kita masih berada diatas level yang ada di bawah kita. Kalau
saja kita sadar diri, cinta kepada diri kita, cinta kepada pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan kita, cinta kepada sesama dan selalu bersikap positive
thinking negara ini akan berjalan dengan tentram, aman dan damai.
Referensi: Google & Blogger
Tidak ada komentar:
Posting Komentar