Minggu, 30 Maret 2014

Apakabar Demokrasi Indonesia? (Softskill, P. Kewarganegaraan)


Demokrasi Indonesia Mau Dibawa Kemana ????!

Demokrasi? Sederhananya Demokrasi adalah warga negara ikut serta dalam pemerintahan. Secara luas Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua warganya memiliki hak dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah/memperbaiki hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negaranya ikut  berpartisipasi langsung atau melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum.

Bagaimana cara kita berpartisipasi secara langsung dalam pemerintahan ? berdemo ? sering kita melihat orang berdemo, baik secara langsung atau menonton lewat televisi, mungkin juga ada diantara kita yang pernah ikut menyuarakan aspirasi dengan berdemo.

Melihat perkembangan sejarah Indonesia dari masa penjajahan, seperti sebuah lagu karya Iwan Fals, orde di Indoneisa terbagi menjadi 3 bagian, yakni orde lama, orde baru dan sekarang orde yang paling baru. Demokrasi di Indonesia terus mengalami peningkatan yang positif. Dahulu, pada masa penjajahan demokrasi di Indonesia tentu saja tidak berjalan baik, rakyat tertindas, sulit untuk mengaspirasikan diri untuk berdemokrasi, hampir segala yang ada di Indonesia telah di monopoli oleh penjajah, baik pada masa penjajahan Belanda maupun Jepang. Ini bisa di maklumi, karena negara kita telah dijajah. Solusinya pada masa penjajahan rakyat harus memaksakan diri untuk mengangkat demokrasinya sendiri, yaitu dengan melawan penjajah, demi kemerdekaan Indonesia.

Selanjutnya, masa Orde baru yaitu pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Pada masa pemerintahan beliau, memang demokrasi masih kurang baik, meskipun sudah mengalami peningkatan dari masa sebelumnya. Pemerintahan Presiden Soeharto masih otoriter dan memonopoli rakyat. Contohnya dalam pelaksanaan pemilu presiden dan perangkat di bawahnya. Masyarakat sulit untuk menentukan partai pilihan sendiri. Karena sudah pasti pemenangnya adalah partai Golkar, yaitu partai Presiden Soeharto. Sehingga beliau dapat berkuasa menjadi Presiden selama 32 tahun. Meskipun pada masa pemerintahan beliau demokrasi tidak berjalan sepenuhnya, Indonesia terasa aman. Tindakan kejahatan dan aksi anarkis tidak populer seperti sekarang. Mungkin karena otoritas presiden yang membuat apresiasi para penjahat (tindakan kriminal) tidak terdukung sepenuhnya.

Kemudian sekarang, orde yang paling baru. Sejak terjadinya reformasi besar – besaran di negeri ini, yang dimulai dengan lengser paksanya Presiden Soeharto oleh rakyat. Demokrasi berjalan lebih baik dengan sangat cepat. Bahkan terlihat berlebihan. Keamanan di negeri ini tidak terlihat lebih aman dari pada orde sebelumnya. Mungkin karena demokrasi yang begitu subur, yaitu masyarakat bebas untuk menyatakan pendapat. Bensin naik, demo, kebutuhan bahan baku pokok atau sembako naik demo, ada yang korupsi demo, ada artis yang membuat video asusila demo, pembuatan RUU Pornografi demo, mudahnya demo di negeri ini. Begitu juga dengan pemilihan umum. Masyarakat bebas menyatakan pilihannya. Demokrasi tumbuh subur di negeri ini, masyarakat benar – benar bebas menyuarakan pendapatnya. Akan tetapi,   hal ini tidak di imbangi dengan jiwa pancasila masyarakat. Meskipun masyarakat bebas menyuarakan pendapat, justru mudah di politisasi. 

Masyarakat sangat jelas terlihat, bahwa mereka tidak peduli dengan apapun, yang penting untung, dapat uang. Uang menjadi penguasa di negeri ini. Dengan uang apapun bisa di dapatkan. Hampir mencakup segalanya, uang dapat membeli apapun. Suap menyuap sudah menjadi kebiasaan. Kemudian, tindakan kejahatan juga terus meningkat dari tahun ke tahun. Mungkin karena ‘bebas’ menyatakan pendapat, jadi mereka berpendapat ini negara demokrasi, bebas memilih, mau jadi orang baik atau jadi orang jahat. Dan pemahaman masyarakat, menjadi orang jahat adalah pilihan yang lebih mudah di bandingkan dengan menjadi orang baik. Karena menjadi orang jahat (haram) lebih banyak/cepat menghasilkan uang dari pada melakukan perbuatan baik (halal). Padahal kenyataannya, melakukan tindakan kejahatan lebih banyak resikonya, selain merugikan orang lain, mereka yang melakukan tindakan kejahatan terancam nyawanya, karena mudahnya masyarakat untuk bermain hakim sendiri. 

Akan tetapi dengan uang, lagi – lagi uang, mereka yang melakukan tindakan kejahatan akan aman. Seandainya seorang paling jahat di muka bumi ini, yang sejatinya harus di hukum seberat – beratnya, jika dia memiliki uang, dia bisa bebas. Uang sangat berkuasa.

Solusi untuk menghadapi situasi ini adalah dengan kembali ke Pancasila. Lebih spesifiknya, menjadi pribadi yang baik dimanapun kita berada. Kepada Tuhan, jadilah hamba yang baik yang bertaqwa kepada-Nya. Dalam kehidupan sehari – hari, jadilah pribadi yang baik, yang menghormati sesama, tumbuhkan rasa cinta kita kepada apapun yang kita lakukan dan akan kita lakukan nanti. Kita harus selalu melihat diri kita. Kita harus selalu instropeksi diri dalam setiap kesempatan, kita harus sadar dengan apa yang kita miliki. 

Banyak orang (saya khususkan pada pencari kerja, khususnya sarjana) yang meninginkan gaji yang tinggi, akan tetapi tidak memiliki keseimbangan antara skill dengan pendapatan. Padahal pendapatan (gaji) selalu sejajar dengan kemampuan atau skill. Mereka masih saja mencari gaji yang tinggi, tetapi tidak meningkatkan skill. Lebih buruknya lagi mereka tidak sadar dengan hal tersebut (gaji sejajar dengan skill). Sehingga banyak sarjana dan yang lainnya, menjadi pengangguran. Itu di sebabkan, karena kita terbiasa melihat segala sesuatu dari hasil, bukan proses. Kita terbiasa melihat sesuatu ke level yang lebih tinggi bukan bersyukur karena kita masih berada diatas level yang ada di bawah kita. Kalau saja kita sadar diri, cinta kepada diri kita, cinta kepada pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan kita, cinta kepada sesama dan selalu bersikap positive thinking negara ini akan berjalan dengan tentram, aman dan damai.

Referensi: Google & Blogger